bebebe

ASSALAMUALAIKUM.WR.WB...

Sabtu, 19 Mei 2012

Riwayat Maulana Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari

Diantara ulama Nusantara terkemuka abad ke-18 m yg dikenal kedalaman ilmu dan kecemerlangan karya karyanya adalah Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari atau yg sering kita sebut Datu Kalampayan, beliau lahir pada 15 syafar 1122 H/ Maret 1710 M dikampung Lok Gabang Martapura kalimantan selatan, nama lengkap beliau adalah Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah bin Abdurrahman Al-Banjari, terlahir dari seorang ibunda yg sholehah bernama Siti Aminah, ayah beliau yang bernama Abdullah bin Abdurrahman adalah seorang yang zuhud dan alim, beliau tumbuh dan besar dalam suasana keislaman yang kental dibawah pemerintahan kerajaan islam banjar.sejak umur 7 thn beliau sudah fasih dan sempurna dalam membaca Al-Qur'an, kecerdasannya dalam ilmu agama dan bakat melukisnya menarik perhatian Sultan Tahlilullah penguasa kerajaan banjar pada waktu itu, maka Muhammad Arsyad kecil pun diboyong untuk belajar ilmu agama dilingkungan istana bersama keluarga kerajaan,setelah dewasa dan menikah karena kepandaian dan kecerdasan beliau dalam mempelajari ilmu agama maka menjelang usia 30 thn beliau diberangkatkan ketanah suci Mekah untuk memperdalam ilmu agama dengan dibiayai oleh kerajaan, karena Sultan berharap dengan ilmu yg dipelajarinya nanti ditanah suci itu kelak akan dapat membimbing dan mengajarkan ilmu kepada rakyat banjar dan sekitarnya.

Ditanah suci Mekah dan Madinah ini beliau belajar kepada beberapa ulama terkenal dan wali pada jamannya diantara guru guru beliau adalah :
1. Syekh Athaillah bin Ahmad Al-Mihsri Al-Azhari Mekah
2. Syekh Muhammad bin Sulaiman Al-Kurdi Madinah (pengarang kitab hawayil madaniyyah)
3. Syekh Muhammad bin Abdul karim As-Semman Al-Madany dalam ilmu tasawuf yang akhirnya beliau mendapatkan ijazah dengan kedudukan sebagai Khalifah (waakil)
4. Syekh Ahmad bin Abdul Muun'in Ad-Damanhuri
5. Syekh Sayyid Abul Faydh Muhammad Murtadha' Az-Zabidi
6. Syekh Hasan bin Ahmad 'Akisy Al-Yamani
7. Syekh Salim bin Abdullah Al-Bashri
8. Syekh Siddiq bin Umar Khan
9. Syekh Abdullah bin Hijazi bin Asy-Syarqawi
10. Syekh Abdurrahman bin Abdul Azis Al-Magribi
11. Syekh Sayyid Abdurrahman bin Sulaiman Al-Ahdal
12. Syekh Abdurrahman bin Abdul Mubin Al-Fatani
13. Syekh Abdul Ghani bin Muhammad Hilal
14. Syekh Syekh 'Abid As-Sindi
15. Syekh Abdul Wahab Ath-Thanthawi
16. Syekh Maulana Sayyid Abdullah Mirghani
17. Syekh Muhammad bin Ahmad Al-Jawahir
18. Syekh muhammad Zayn bin Faqih Jalaluddin Aceh

Ketika beliau di Mekah beliau bersahabat dengan para penuntut ilmu dari tanah air dan merupakan sahabat erat,mereka adalah Syekh Abdul wahab Bugis dari Makasar, Syekh Abdus Samad dari Palembang (pengarang kitab Siyarus Salikin dan Hidayatus salikin) dan Abdurrahman masri dari Betawi

Konon pada waktu beliau berada diMekah,beliau menemui keanehan pada setiap hari jum'ad di Mesjid Al-Haram,ada seseorang yang berpakaian lain dari kebiasaan berpakaian orang arab lainnya,orang tersebut berpakaian hitam dan memakai laung dan memakai butah,pakaian khas dari banjar,setiap habis berdoa orang tersebut selalu menghilang tanpa bekas,dengan rasa penasaran kemudian pada jum'ad berikutnya beliau menunggu kedatangan orang itu tp seperti biasa selesai habis shalat jum'ad dan berdoa orang tsb selalu menghilang,kemudian pada jum'ad yg lainnya ketika orang tersebut datang beliau segera ikut sholat disamping nya dengan harapan dapat berkenalan dengan orang tersebut,ketika selesai berdoa tak ingin kehilangan orang tersebut dengan sigap beliau lalu memegang tangan orang tersebut,"mengapa tuan menangkap tangan saya "kata orang tersebut

Setelah terlebih dahulu Syekh Muhammad Arsyad minta maaf beliau lalu berkata
"maaf saya ingin bertanya siapakah anda,disini semua orang berpakaian ikhram sedangkan anda tidak berpakaian ikhram'
"maaf hamba berasal dari kampung muning tatakan rantau borneo "jawab orang itu
"mengapa anda setiap hari jum'ad bisa sholat disini' kata Syekh Muhammad Arsyad kembali
"alhamdulillah semua adalah anugrah dari Allah SWT "kata orang tersebut yg setelah berkenalan adalah Datu Sanggul
"saya berasal dari martapura borneo sudikah kiranya anda mampir kerumah saya "pinta Syekh Muhammad Arsyad
"baiklah "jawab Datu Sanggul

Kemudian mereka berjalan ketempat tinggal Syekh Muhammad Arsyad ,sesampai dirumah Syekh Muhammad Arsyad memeluk datu sanggul dan mencium tangan beliau sambil berkata "sampeyan adalah saudara ulun dunia akhirat'
"ya...kita saudara dunia akhirat "jawab Datu Sanggul
"dimanakah kakanda belajar sehingga mendapatkan anugerah begitu besar ini" Syekh Muhammad Arsyad kembali bertanya "kakanda belajar dengan Datusuban dimuning pantai munggu tayuh tiwadak gumpa dan sekarang beliau telah wafat,dan kepada kakanda diberikan sebuah kitab dan Al-Qur'an segi delapan,kedua pusaka itu asalnya adalah milik Datu Nuraya yang juga telah wafat" ,mendengar cerita tentang  kitab tersebut Syekh Muhammad Arsyad sangat tertarik. "kalau kakanda menganggap saya sebagai saudara dunia akhirat izinkanlah adinda ikut mempelajari isi kitab tersebut "   boleh saja adinda mempelajari kitab tsb namun kitab ini harus dibagi dua bagian,dengan dipotong segitiga silahkan adinda memotongnya "kata Datu Sanggul sambil mengeluarkan kitab yg selalu dibawanya,Syekh Muhammad Arsyad mengambil pisau yg sangat tajam dan mulai memotong kitab tsb,namun alangkah terkejutnya beliau karna pisau yg sangat tajam tersebut tidak dapat memotong kitab itu menjadi dua bagian bahkan mata pisau tsb menjadi tumpul,kemudian kitab tsb diserahkan kembali kepada Datu Sanggul untuk beliau potong sendiri,kemudian Datu Sanggul hanya dengan menggoreskan kuku beliau kitab tersebut terbelah menjadi dua bagian,yg kemudian satu bagiannya diserahkan kepada Syekh Muhammad Arsyad untuk dipelajari dan bagian yg satunya beliau bawa kembali dengan pesan setelah selesai mempelajari dan pulang keborneo untuk mengambil bagian yang satunya,"jika adinda nanti pulang keborneo dan bertandang kerumah kakanda untuk mengambil kitab yg satunya hendaklah adinda mmbawa kain putih sebanyak lima lembar,kakanda berharap agar adinda jangan sampai lupa pesan kakanda ini "kata Datu Sanggul menambahi "baiklah pesan kakanda akan adinda ingat selalu dan adinda memohon doa restu dan mendoa kan adinda dalam mempelajari kitab ini, karena hari sudah menjelang magrib Datu Sanggul lalu berpamitan untuk pulang ke borneo " tunggu sebentar kakanda ada yg adinda pertanyakan lagi dihalaman istana ada tumbuh sebatang pohon durian ,apakah pohon tersebut berbuah atau belum,kalau sudah berbuah adinda mohon kakanda memetiknya sebiji untuk adinda,sebab selama adinda tinggal disini adinda belum pernah memakan buah durian "
"pohon durian tsb sekarang sedang berbuah namun buahnya cuma dua biji dan dijaga ketat oleh pasukan raja siang dan malam agar tak seorang pun dapat mengambilnya,sebaiknya buah tsb jangan diambil sebab nantinya mungkin akan berakibat tidak baik "kata datu sanggul,tp karna didesak oleh Syekh Muhammad Arsyad akhirnya Datu Sanggul berjanji memenuhi permintaan Syekh Muhammad Arsyad.

Pada jum'ad berikutnya ketika tengah hari Datu Sanggul memetik buah durian yg dijaga oleh pasukan raja tanpa diketahui oleh satu orangpun,al hasil kerajaan menjdi gempar,baginda raja sangat marah dan berencana menghukum para pasukan yg menjaga pohon durian tsb,tapi permaisuri melarang baginda raja menghukum mereka karena tidak ada bukti kesalahan mereka,singkat cerita buahdurian tersebut diserahkan kepada Syekh muhammad Arsyad dengan pesan supaya tangkai durian tadi disimpan sebagai bukti nanti kepada baginda raja,setelah berpisah kembali dengan Datu sanggul beliau dengan tekun mempelajari kitab tsb.

Setelah lebih 30 thn Syekh Muhammad Arsyad belajar ditanah suci akhirnya beliau menguasai berbagai bidang ilmu agama,sebenarnya beliau dan kawan kawan tidak ingin pulang ketanah air dan ingin melanjutkan pelajaran ke mesir namun maksud tersebut dibatalkan karena perintah gguru mereka yaitu Syekh Sulaiman Al-Kurdi yang menyatakan bahwa ilmu mereka sudah cukup dalam dan luas dan lebih penting untuk memberi pelajaran dan bimbingan kepada masyarakat masing masing,akhirnya mereka menuruti nasehat guru mereka itu,setia ditanah Betawi (Jakarta) Syekh Muhammad Arsyad dan kawan kawannya disambut oleh ulama dan orang banyak dengan gembira,selama dijakarta berkat karamah yang beliau miliki beliau dapat membetulkan arah kiblat mesjid yang kurang tepat,diantaranya mesjid Jembatan Lima,Mesjid Luar Batang dan Mesjid Pekojan setelah sholat sunat eliau hanya menggeserkan sorban beliau ...luar biasanya bangunan mesjid tsb mengiringi geseran sorban beliau...subhanallah....

Itu adalah sebagian   karamah beliau yg diluar nalar manusia dan banyak lagi yg lainnya,setelah sampai dimartapura beliau langsung menuju istana kerajaan dan disambut dengan meriahnya,dalam kesempatan tsb beliau menceritakan hal ikhwal mengenai durian lengkap dengan hari tanggal dan jam kehilangan durian diistana raja,akhirnya raja memakluminya dan bersyukur karena tidak menghukum para prajurit kerajaan,setelah beberapa hari beliau minta ijin kepada raja untuk mendatangi datu Sanggul dengan diiringi sepasukan prajurit raja,tak lupa beliau membawa kain putih yg dipesankan oleh Datu Sanggul,setelah sampai dikampung muning tatakan rantau dengan petunjuk masyarakat beliau langsung menuju rumah Datu Sanggul,tapi apa yg terjadi setelah sampai dirumah Datu Sanggul ternyata beliau baru saja berpulang kerahmatullah....Innalillahi wainailahirajiun....ternyata kain putih yang dipesankan oleh Datu Sanggul untuk kain kapan beliau...subhanallah...setelah pemakaman Datu Sanggul atas pesan beliau sebelum wafat kepada istrinya maka diserahkan penggalan kitab yg kemudian hari disebut kitab barencong kepada Syekh Muhamad Arsyad Al-Banjari,lalu Syekh Muhammad Arsyad pamit untuk pulang kemartapura.

Disamping sebagai seorang pengajar Syekh Muhammad Arsyad adalah seorang penulis yang produktif diantara kitab kitab yang beliau karang adalah
1.Sabilal Muhtadin (kitab fiqih)
2.Risalah Ushuluddin (kitab tauhid)1188 hijriah
3 Tuhfatur Raghibin (kitab tauhid)1188 hijriah
4Kanzul Ma'rifah (tasawuf)
5.Lugthatul 'Ajlan (kitab fiqih khusus masalah perempuan)
6.Kitab Faraid (kitab pembagian waris)
7.Al-Qawlul Mukhtashar(kitab berisi tentang Imam Mahdi)1196 hijriah
8.Kitab Ilmu Falak (astronomi)
9.Fatawa Sulaiman Kurdi (berisi fatwa fatwa grur beliau Sulaiman Al-Kurdi)
10.Kitabun Nikah (tata cara perkawinan dalam syariat islam)

Selain itu ada pula karya tulis beliau berupa Mushaf Al-Qur'an tulisan tangan beliau berukuran besar dengan Khat sangat indah dan sampai sekarang masih bisa dilihat di Museum Nasional Banjarbaru Kalimantan Selatan,beliau mempunya 11 orang istri dan mempunyai 30 orang anak dan sekarang sudah tersebar kemana mana,dikalimantan khususnya kalimantan selatan keturunan dari Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari merupakan mutiara yang tiada ternilai,keturunan beliau merupakan penerang penerang bagi para pecinta ilmu...salah satunya Yang Mulia Guru kita Alm. Syekh Muhammad Zaini  bin H. Abdul Ghani Al-Banjari ,Syekh Muhammad Arsyad wafat pada 6 syawal 1227 hijriah bertepatan dengan 3 oktober 1812 m dalam usia 105 tahun,semoga Allah SWT selalu merahmati beliau dan keturunan keturunan beliau hingga akhir jaman. amiiin ya robbal alamiinn...
sumber:-Kisah Datu Datu Terkenal
             -Manaqib Datu Sanggul
             -Alkisah no.10/18-31 mei 2009 hal 133
Tulisan diambil di http://www.facebook.com/Kisah.Para.DatudanUlama.Kalimantan

Riwayat Datu Sanggul...

Semasa hidupnya, Datu Sanggul ke Tapin ( desa Muning Tatakan ) dalam rangka menuntut ilmu agama kepada Datu Suban, hal ini bukan berarti beliau belum memiliki ilmu agama, melainkan beliau sudah memiliki ilmu agama sudah cukup dan juga seorang Ulama. Dalam suatu mimpi ( ketika masih berada di Palembang ) didalam mimpinya bertemu dengan orang tua yang menasehati kalau anaknda Abdussamad mau mendapatkan ilmu sejati maka tuntutlah sekarang, dan orang itu berada didaerah Kalimantan Banjar tepatnya di kampung Muning pantai Munggu Tayuh Tiwadak Gumpa, di sana ada seorang tua (datu) yang bernama Suban (Datu Suban), atas petunjuk didalam mimpi itu Abdussamad berangkat menuju Kalimantan, yang sebelumnya mendapatkan izin dari orang tua kandung hingga sampailah beliau mendapatkan daerah yang dicari yaitu kampung Muning (Tatakan).
Setibanya di kampung Muning, beliau menemui Datu Suban dan menceritakan perihal akan mimpinya tersebut, dengan lapang dada seakan mengerti akan simbol rabbaniyahtul Ilm pada hallikwal waktu itu Datu Suban pun menerima dan mengerti akan maksud kedatangannya serta disambut serta sangat diharapkan oleh Datu Suban ibarat pepatah buku bertemu dengan ruas kemudian pasak bertemu dengan tiang. Atas pengamatan dan penilaian Datu Suban terhadap Datu Sanggul bahwasanya Datu Sanggul mempunyai sikap maupun watak yang berbeda dari murid-muridnya yang lain, sehingga Datuk Sanggul diberikan amanah untuk menjaga kitab oleh Datu Suban mengenai ilmu Ma’rifattullah.
Menurut catatan sejarah, aktifitas beliau sehari-hari yakni berburu rusa, katanya cara beliau berburu dengan cara menunggu ditempat yang sering dilalui oleh binatang buruan dan hasil dari berburunya didermakan ketetangga dan jiran sekitar rumah beliau.
Menurut mereka yang sefaham aliran dengan beliau ialah dengan ketaatan, ketawadhuan serta tingkat peribadatannya sampai mencapai martabat Abudah dan Badal. Metode pelaksanaan syariat keagamaannya di nilai sangat kuat seperti sholat Tahajjud terutama dibulan suci Ramadhan beliau selalu mengikat perut dan menguatkan ibadahnya untuk menunggu malam Lailatul Qadar, menurut kepercayaan orang Banjar pada malam ganjil dimulai pada 20 akhir Ramadhan beliau selalu menyanggul Lailatul Qadar, sehingga atas dasar tersebut masyarakat setempat digelari dengan sebutan Datu Sanggul.
Sementara keunikannya dari pola interaksi symbolic Datuk Sanggul, melalui Kitab Barencongnya pada manaqibnya penuh syair serta puisi dan pantun. Diceritakan oleh juri kunci pemakaman Julak Antung, dimana masyarakat sekitar memanggilnya, menurutnya melalui yang tercatat dalam sejarah yakni manaqib Datu Sanggul dengan riwayat Kitab Barencong yang diberikan Datu Suban kepada Datu Sanggul secara silsilah merupakan berasal dari Datu Nuraya yang maqamnya berada dekat pertahanan Datu Dulung ketika melawan Belanda dan benteng tersebut adalah benteng Munggu Tayuh digelari dengan Datu Nuraya karena datu tersebut datang ke kampung Muning bertepatan dengan hari raya selepas Datu Suban melaksanakan sholat Ied. Setelah berkenalan dan memperlihatkan sebuah kitab kepada Datu Suban tidak lama kemudian orang tersebut ambruk dan wafat pada hari raya itu juga. Mengenai riwayat Datu Nuraya tidak ada kejelasan dari mana beliau berasal dan apa tujuan beliau berada dikampung Muning Tatakan, namun menurut kabar yang berkembang di masyarakat ada yang mengatakan bahwa Datu Nuraya berasal dari Hadramaut tetapi ada pula yang mengatakan bahwa Datu Nuraya berasal dari pulau jawa, dengan gelar garandali, diceritakan garandali sebuah gelar yang luar biasa, namun ketawadhuan yang dimiliki Datu Nuraya membuat hidupnya lebih memilih merakyat, keutamaan garandali tak lain adalah seorang ulama yang selalu merakyat, halikwal dan keinginannya sudah bulat di tujukan hanya satu yakni kepada Allah SWT, sehingga setiap ibadah maupun di dalam memanfaatkan ilmunya,selalu merasa tak berdaya melainkan hanya dengan pertolongan Allah SWT, setiap kebaikan yang di anggapnya selalu hanya hadiah dari Allah.SWT, dengan seperti itu,menjadikan hati bahkan seluruh batang tubuhnya hanya sebagai persinggahan Allah.SWT saja dan ini tingkat ikhlash yang tertinggi ungkapnya.
Datu Nuraya, seorang figur garandali yang menempuh jalan gurur, jalan gurur yang selalu di kilati akan hal dan menurut kabar jalan ini tak mudah, dan konon beliau ini, dengan kain kebesarannya atau tapih dapat mengatur alam, yang tentunya atas izin Allah.SWT, seperti menurunkan hujan, mengatur petir, dan awan serta angin yang bertiup, sehingga setiap beliau berjalan di terik matahari awan selalu menaunginya, Sementara itu juga ada kabar yang menyebutkan bahwasanya beliau bernama Syekh Gede Jangkung, hal ini dilihat dari ukuran makam beliau yang panjangnya 63 meter. Kitab yang diberikan Datu Nuraya kepada Datu Suban berisi tuntunan hidup pada kehidupan lahir dan bathin untuk kehidupan didunia maupun dikehidupan akhirat serta rahasia alam dan rahasia rubbubiyah, serta menyangkut Rabbaniyatul Ilm dan Rabbaniyatul hukum.
Kembali ke Datu Sanggul bertemu dan menjalin persaudaraan dengan Datu Kelampaian, di ceritakan oleh masyarakat setempat, akan hallikhwal Datu Kelampaian Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari mengaji ke mekkah, beliau sudah melakukan ikatan lahir bathin dengan Datu Sanggul, yakni (beangkatan dangsanak) jika orang banjar mengartikan.
Ikatan saudara ini lebih di perluas dengan saling memberikan pengetahuan satu sama lainnya, dimana keingintahuan Datu Kelampaian pada isi kitab Datu Sanggul terpenuhi, sementara pesan Datu sanggul kepada datu kelampaian yakni , kalau adinda bulik ke banua yang sarincung kitab ini kaina ambil di Kampung Muning Tatakan dengan syarat harus membawa kain putih, sebab bila kitab ini bersatu lagi salah satu diantara kita akan kembali kepada Allah.SWT.
Ketika Datu Kelampaian pulang ke kampung halaman di Martapura setelah 30 tahun mengaji di Mekkah dan sempat mengajar di Masjidil Haram Mekkah pada bulan Ramadhan 1186 H atau bulan Desember 1772 M, usai Datu Kelampaian berkumpul dengan keluarga maka beliau teringat dengan Datu Sanggul sebagai saudara yang ada di kampung muning Tatakan dengan berencana akan melakukan silahturhami.
Sesampainya di kampung Muning beliau sampai pada gubuk yang sederhana apakah benar suadara Datu Sanggul telah pulang kerahmatullah, dan konon meninggalnya Datu Sanggul ditandai dengan hujan lebat selama tiga hari tiga malam berturut-turut,yang menandakan bahwa langit dan bumi merasa bersedih atas kepergiannya.